KORELASI ANTARA AKTIVITAS SISWA
MEMBACA BUKU PERPUSTAKAAN TERHADAP MINAT MEMBACA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA
KELAS X DAN XI UNGGULAN SMA PLUS PGRI CIBINONG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN
2010/2011
Karya Tuis Ilmiah
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Kenaikan Kelas XI IPA Unggulan
oleh Rahimah Muslimah
PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN ALAM
SMA PLUS PGRI CIBINONG BOGOR 2011
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
“Mencerdaskan
kehidupan bangsa...” kalimat tersebut terdapat dalam UUD 1945. Disebutkan dalam
kalimat tersebut, bahwa negara kita ingin mewujudkan bangsa yang cerdas. Perlu
diingat, untuk mencapai bangsa yang cerdas, tentu harus ditunjang dengan sistem
pendidikan yang mapan. Dengan sistem pendidikan yang mapan, akan terbentuk
masyarakat yang berpikir kritis, kreatif, dan produktif. Masyarakat tersebut
juga akan memiliki kemampuan dan keterampilan mendengar dan minat baca yang
besar. Apabila membaca sudah merupakan kebiasaan dan membudaya dalam
masyarakat, maka jelas buku tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari
dan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Bacalah! (Iqra’), demikian
bunyi ayat pertama kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan untuk umat Muhammad.
SAW dan manusia di muka bumi sesudahnya, 1440 tahun yang lalu. Membaca disini mempunyai
pengertian yang luas, yang tidak hanya membaca buku bacaan tetapi membaca apa
saja yang ada di depan mata kita, yang ada di sekitar diri kita, yang ada pada
penciptaan diri kita, yang tak terlihat sekalipun oleh mata kita, dan semuanya.
Di
negara-negara maju, masyarakat telah sadar dengan sendirinya akan pentingnya
budaya membaca buku untuk mendapatkan informasi. Walaupun di negara-negara maju
tersebut harga PC relatif murah dan informasi melalui internet sangat mudah dan
juga cepat, namun demikian baik perpustakaan maupun toko-toko buku tidak pernah
sepi dengan pengunjung. Sekarang ini harus diakui bahwa minat membaca yang
diwujudkan dengan aktivitas membaca buku dikalangan siswa umumnya masih rendah.
Alasan klasik yang sering mengemuka adalah bahwa membaca belum membudaya di
kalangan masyarakat, khususnya pelajar. Sebagian besar pelajar menganggap
aktivitas membaca adalah merupakan aktivitas yang membosankan atau membuat jemu
dan lelah. Bahkan membuat citra pelajar tersebut dianggap tidak “gaul” atau
“cupu”.
Menurut
laporan World Bank Nomor 16369-IND dan International Association for the
Evaluation of Education Achievement (IEA) di Asia Timur pada tahun 2000,
Indonesia menempati posisi terendah pada skala kebiasaan membaca. Apabila
dibandingkan dengan negara tetangga sekitar, kebiasaan membaca anak Indonesia
berada pada skor 51,7. Angka ini tentu tidak sebanding dengan Hong Kong yang
memiliki skor 75,5 atau Singapura (74,0), maupun Thailand (65,1). Bahkan dengan
Filipina saja, Indonesia masih kalah. Negeri yang letaknya di utara Nusantara
itu berada pada skor 52,6 untuk skala kebiasaan membaca anak (Website Mandrasah
Aliyah Negeri Pacet Cianjur - Tingkatkan Kegemaran Membaca Anak) Pada tahun
2000 juga, organisasi International Association for the Evaluation of Education
Achievement (IEA) menempatkan kemampuan membaca siswa SD Indonesia diurutan
ke-38 dari 39 negara. Indonesia merupakan negara terendah kedua diantara
negara-negara ASEAN dalam kemampuan membaca. Dengan kondisi seperti itu, maka
tidak heran bila kualitas pendidikan di Indonesia juga buruk. Dalam hal
pendidikan, survei The Political and Economic Risk Country (PERC), sebuah
lembaga konsultan di Singapura, pada akhir 2001, menempatkan Indonesia diurutan
ke-12 dari 12 negara di Asia yang diteliti (Bali Post).
Menghadapi
abad ke-21 yang merupakan abad teknologi dan informasi, siswa dituntut untuk
memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas, sikap kritis, serta kesiapan untuk
bersaing secara kompetitif dalam berbagai aspek kehidupan. Budaya aktivitas
membaca yang tinggi merupakan cermin kemajuan suatu bangsa. Bangsa atau
masyarakat yang maju akan selalu menempatkan kebiasaan membaca sebagai salah
satu kebutuhan hidupnya sehingga tercipta masyarakat yang senang membaca
(reading society). Masyarakat yang gemar membaca pada dasarnya adalah
masyarakat yang belajar (learning society). Dalam masyarakat yang membaca dan
belajar, buku-buku dan bahan-bahan bacaan lainnya mempunyai kedudukan yang
sangat penting (Staf Pengajar SMP Stella Duce Tarakanita, 1991:40). Untuk
mencapai maksud tersebut maka perlu dilakukan berbagai upaya terus-menerus
memberikan pemahaman dan apresiasi kepada siswa akan pentingnya peningkatan
aktivitas dan kegemaran membaca bagi siswa terhadap prestasi belajarnya di
sekolah. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan dapat diukur dari prestasi
belajar siswanya.
Prestasi
belajar yang tinggi memberi arti kepada keberhasilan dalam proses belajar
mengajarnya, begitu pula sebaliknya prestasi belajar yang rendah memberi arti
kegagalan lembaga pendidikan tersebut dalam proses belajar mengajarnya.
Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh kecakapan membaca.
Berbagai penelitian melaporkan bahwa ketidakcakapan dalam membaca menjadi
penyebab utama kegagalan anak dalam sekolah. Hal ini disebabkan oleh karena
setiap mata pelajaran di sekolah memprasyaratkan anak untuk mempelajari dan
memahami materi setiap mata pelajaran tersebut. Pemahaman terhadap materi
pelajaran hanya dapat dilakukan jika anak memiliki kemampuan dan keaktifan
membaca yang baik. Ketidak mampuan siswa membaca akan berakibat rendahnya
prestasi belajarnya. Hal ini dapat terjadi karena apabila siswa tersebut tidak
mampu membaca, maka siswa tersebut tidak akan dapat memahami isi materi
pelajaran tersebut, sehingga prestasi belajarnya pun akan rendah Prestasi
belajar siswa dimungkinkan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah
minat dan keaktifan siswa membaca. Siswa yang mempunyai minat membaca tinggi,
dimungkinkan akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
Siswa
dengan minat baca tinggi, dengan sendirinya akan timbul kesadaran untuk belajar
serta mengisi waktu luangnya dengan membaca buku, baik buku pelajaran maupun
buku lain yang masih berhubungan dengan pelajaran sehingga mereka akan memiliki
pengetahuan lebih jika dibandingkan dengan siswa lain yang memiliki minat baca
rendah. Begitu juga apabila minat membacanya rendah, akan membawa hasil yang
rendah pula. Siswa yang memiliki minat baca rendah hanya akan mengandalkan apa
yang diberikan guru disekolah. Seorang siswa yang memiliki kegemaran membaca
akan nampak lebih dewasa daripada teman sebayanya. Siswa tersebut akan lebih
dewasa dalam hal bergaul dan berpikir. Dia akan tumbuh menjadi pribadi yang
utuh karena lebih tahan menghadapi berbagai tantangan. Hal itu terjadi karena
daya kritis, kepekaan ilmiah, dan kepekaan sosial siswa akan berkembang sesuai
dengan besarnya wawasan yang didapat dari kegiatan membaca Aktivitas membaca
bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja secara rutin. Melalui kegiatan
membaca seseorang dapat menambah informasi dan memperluas ilmu pengetahuan.
Dengan membaca membuat orang menjadi cerdas, kritis dan mempunyai daya analisa
yang tinggi. Melalui kegiatan membaca juga selalu tersedia waktu untuk
merenung, berfikir dan mengembangkan kreativitas berfikir. Upaya peningkatan
aktivitas membaca siswa sangat erat kaitannya dengan keberadaan perpustakaan di
sekolah. Perhatian terhadap keberadaan perpustakaan sekolah sering terabaikan.
Padahal, keberadaan perpustakaan sekolah dalam upaya mendorong tumbuhnya minat
dan kegemaran membaca sangat strategis. Jika dikaitkan dengan proses belajar
mengajar di sekolah, perpustakaan sekolah memberikan sumbangan yang sangat
berharga dalam upaya meningkatkan aktivitas siswa serta meningkatkan kualitas
pendidikan dan pengajaran. Melalui penyediaan perpustakaan, siswa dapat
berinteraksi dan terlibat langsung baik secara fisik maupun mental dalam proses
belajar (Darmono, 2001:2).
Pemanfaatan
perpustakaan sekolah secara maksimal, diharapkan dapat mencetak siswa untuk
senantiasa terbiasa dengan aktifitas membaca, memahami pelajaran, mengerti
maksud dari sebuah informasi dan ilmu pengetahuan, serta menghasilkan karya
bermutu. Kebiasaan membaca buku yang dilakukan oleh siswa, akan meningkatkan pola
pikirnya sehingga perlu dijadikan aktivitas kegiatan sehari-hari. Buku harus
dicintai dan bila perlu dijadikan sebagai kebutuhan pokok siswa dalam membantu
tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Perpustakaan sekolah dapat dijadikan
sumber belajar siswa baik dalam proses kegiatan belajar mengajar secara formal
maupun non formal untuk membantu sekolah dalam upaya mencapai tujuan pendidikan
di sekolah tersebut. Namun pada kenyataannya, perpustakaan kurang mendapat
tempat di lingkungan sekolah sendiri. Tidak banyak siswa yang memanfaatkan
waktu luang atau jam- jam kosong pelajaran untuk membaca di perpustakaan.
Perpustakaan hanya dikunjungi oleh siswa yang memerlukan informasi saja, sedang
selebihnya memilih memanfaatkan sarana lain seperti internet untuk belajar. Hal
ini menunjukkan kurangnya minat siswa dalam memanfaatkan koleksi perpustakaan
sebagai sarana belajar.
Minat
siswa yang rendah terhadap perpustakaan dewasa ini disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain perkembangan pusat-pusat informasi yang lebih menarik,
perkembangan tempat-tempat hiburan (entertainment), acara televisi, status dan
kedudukan perpustakaan, serta citra perpustakaan dalam pandangan siswa. Pada
dasarnya, pihak sekolah bertanggungjawab ikut menumbuhkan minat baca bagi siswa,
karena dari sanalah sumber kreatifitas siswa akan muncul. Sekolah harus
mengajar anak-anak berpikir melalui budaya belajar yang menekankan pada
memahami materi. Sedangkan perpustakaan menjadi fasilitas yang sangat penting
perannya dalam menunjang proses pembelajaran tersebut. Hal penting yang harus
dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan minat baca siswa adalah dengan
melengkapi koleksi perpustakaan, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Sudah saatnya perpustakaan sekolah tidak hanya berisi buku-buku paket, koleksi
perpustakaan juga dapat berupa buku-buku bacaan yang mampu menarik minat siswa
untuk membaca. Tingginya minat baca siswa dapat dilihat dari banyaknya siswa
yang meminjam buku di perpustakaan, dan siswa yang membaca di perpustakaan.
Peningkatan minat baca siswa perlu ditunjang dengan fasilitas perpustakaan yang
memadai, seperti jumlah dan mutu koleksi sesuai dengan kebutuhan pembaca,
penataan yang rapi agar mempermudah temu balik informasi. Adapun koleksi bahan
pustaka yang baik adalah yang dapat memenuhi selera, keinginan dan kebutuhan
siswa. Kekuatan koleksi bahan pustaka itu merupakan daya tarik bagi siswa,
sehingga makin banyak dan lengkap koleksi bahan pustaka yang dibaca dan
dipinjam, akan semakin ramai perpustakaan dikunjungi siswa dan makin tinggi
intensitas sirkulasi buku. Mengingat pentingnya membaca bagi siswa, sudah
selanyaknya setiap siswa untuk membudayakan gemar membaca. Harapannya dengan
banyak membaca buku pelajaran serta buku-buku lain yang masih berkaitan dengan
pelajaran, prestasi belajar yang akan dicapai siswa tersebut akan lebih baik.
Berdasarkan kondisi di atas maka penulis berminat untuk mengadakan penelitian
yang berjudul "Korelasi Aktivitas Siswa Membaca Buku Perpustakaan Terhadap
Minat Membaca Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X dan XI Unggulan SMA Plus PGRI
Cibinong."
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berkaitan
dengan judul tersebut, maka masalahnya dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1.
Bagaimana pengaruh membaca buku
perpustakaan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa-siswi SMA Plus PGRI
Cibinong?
2.
Bagaimana fasilitas dan koleksi buku
perpustakaan dapat mempengaruhi minat membaca dan meningkatkan prestasi
siswa-siswi SMA Plus PGRI Cibinong?
3.
Bagaimana cara perpustakaan agar
minat membaca siswa-siswi SMA Plus PGRI Cibinong meningkat sehingga prestasi
juga dapat meningkat?
C. PEMBATASAN MASALAH
Mengingat
banyaknya hal yang terkait dalam identifikasi masalah dan karena keterbatasan
yang ada maka, dalam penelitian ini permasalahan tersebut dibatasi pada:
1.
Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Plus
PGRI Cibinong kelas X dan XI Unggulan semester II tahun pelajaran 2010/2011.
2.
Minat membaca yang dimaksud adalah
jumlah buku yang biasa dibaca dalam satu bulan.
3.
Prestasi belajar ditunjukkan dengan
pendapat siswa mengain prestasi belajar mereka sendiri.
4.
Buku yang dibaca adalah buku-buku
yang terkait dengan pelajaran baik buku paket pelajaran, buku penunjang
(seperti kamus, referensi) maupun buku-buku lain masih berhubungan dengan
pelajaran.
D. PERUMUSAN MASALAH
Adapun
rumusan permasalahan yang disajikan berdasarkan latar belakang masalah adalah
sebagai berikut: “Bagaimana korelasi antara aktivitas siswa membaca buku
perpustakaan terhadap minat membaca dan prestasi belajar siswa kelas X dan XI Unggulan
SMA Plus PGRI Cibinong semester II tahun pelajaran 2010/2011?”
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi
aktivitas siswa membaca buku perpustakaan terhadap minat membaca dan prestasi
belajar siswa pada SMA Plus PGRI Cibinong kelas X dan XI Unggulan semester II
tahun pelajaran 2010/2011.
F. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan
tujuan penelitian di atas, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kegunaan
bagi pihak-pihak yang berkepentingan yaitu:
1.
Kegunaan Teoritis Hasil penelitian
ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dan pendukung untuk penelitian sejenis
dan usaha pengembangan lebih lanjut di masa yang akan datang.
2.
Kegunaan praktis
a.
Bagi Penulis Penelitian dapat
memperdalam wawasan penulis serta menambah pengalaman dalam melaksanakan
penelitian.
b.
Bagi Perpustakaan Penelitian dapat
memberikan masukan positif untuk mengevaluasi dan meningkatkan kelengkapan
koleksi perpustakaan agar dapat mempengaruhi minat membaca dan meningkatkan
prestasi siswa di sekolah.
c.
Bagi Sekolah dan Guru Penelitian
dapat memberikan pertimbangan bagi sekolah dalam menentukan kebijakan dan dalam
mendorong peningkatan aktivitas membaca buku-buku perpustakaan agar dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa serta meningkatkan minat membaca siswa.
d.
Bagi Siswa Siswa dapat mengetahui
pentingnya membaca bagi peningkatan prestasi belajar.
e.
Bagi Pembaca Untuk menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan akan pentingnya peranan membaca.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. AKTIVITAS MEMBACA
Definisi
Aktivitas artinya adalah keaktifan, kegiatan, kesibukan atau salah satu
kegiatan kerja yang dilaksanakan. (Purwodarminto, 2002:17). Mengenai pengertian
membaca banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya untuk mendefinisikan membaca.
Membaca merupakan kegiatan kompleks dan sengaja, yang melibatkan berbagai
faktor yang datangnya dari dalam diri pembaca dan dari luar. Membaca dalam hal
ini berupa proses berfikir yang didalamnya terdiri dari berbagai aksi fikir
yang bekerja secara terpadu mengarah pada satu tujuan yaitu memahami makna
paparan yang tertulis secara keseluruhan (Ibrahim Bafadal, 1996:193). Membaca
adalah proses psikologi yang melibatakan penglihatan, gerak mata, pembicaraan
batin, ingatan pengetahuan mengenai kata yang dapat dipahami dan pengalaman
membacanya. Juel (1988) mengartikan bahwa membaca adalah proses untuk mengenal
kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Hasil akhir
dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari dari bacaan.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas
membaca adalah keaktifan, kegiatan atau kesibukan untuk memperhatikan,
kata-kata tertulis yang melibatkan penglihatan, gerakan mata, pembicaraan,
ingatan pengetahuan mengenai kata-kata yang dapat dipahami dan pengalaman
membacanya yang dilakukan secara intensif merasa tertarik dan senang terhadap
aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan
kesadaran dan kemauan sendiri dan mendapat imbalan berupa wawasan dan informasi
dari hasil aktivitas membaca tersebut.
Pentingnya
Aktivitas Membaca Rendahnya aktivitas dan kegemaran membaca masyarakat
Indonesia pada umumnya, dan siswa khususnya dan menjadi penyebab lambatnya
perkembangan ilmu pengetahuan. Kegemaran membaca mempunyai nilai tinggi,
mengasah nurani, memperkaya wawasan maka aktivitas membaca di kalangan siswa
harus terus diusahakan agar ditingkatkan, karena siswa merupakan generasi
penerus bangsa. Membaca pada era globalisasi informasi ini merupakan suatu
keharusan yang mendasar untuk membentuk perilaku seseorang. Aktivitas membaca
merupakan alternatif yang dianggap paling baik untuk meningkatkan mutu sumber
daya manusia. Aktivitas membaca tidak hanya bisa dilakukan di kamar atau di perpustakaan
yang sepi, yang hanya diisi bangku-bangku dan meja dari kayu keras dengan
sejauh mata memandang hanya ada orang-orang berkacamata dan berpakaian kuno.
Aktivitas membaca bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja secara rutin.
Aktifitas membaca tidak dapat terlepas dari minat membaca.
Menurut
Lilawati (1988) minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan,
kata-kata tertulis yang melibatkan penglihatan, gerakan mata, pembicaraan,
ingatan pengetahuan mengenai kata-kata yang dapat dipahami dan pengalaman
membacanya yang dilakukan secara intensif merasa tertarik dan senang terhadap
aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan
kemauan sendiri. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi
membaca dan kesadaran akan manfaat membaca. Ada hubungan linear antara motivasi
baca dan minat baca seseorang. Semakin rendah tingkat motivasi baca seseorang,
akan semakin rendah pula minat bacanya. Sebaliknya, kian tinggi tingkat
motivasi baca seseorang, akan semakin tinggi pula minat bacanya. Minat membaca
merupakan prasarat dan sekaligus merupakan ciri kemajuan suatu bangsa atau
masyarakat. Bangsa atau masyarakat yang maju akan selalu menempatkan kebiasaan
membaca sebagai salah satu kebutuhan hidupnya sehingga tercipta masyarakat yang
senang membaca (reading society).
Ada
hubungan timbal balik yang erat antara tingkat kemajuan suatu bangsa dengan
minat membaca masyarakatnya. Hubungan ini dimungkinkan karena masyarakat yang
gemar membaca pada dasarnya adalah masyarakat yang belajar (learning society).
Dalam masyarakat yang membaca dan belajar, buku-buku dan bahan-bahan bacaan
lainnya mempunyai kedudukan yang sangat penting (Staf Pengajar SMP Stella Duce
Tarakanita, 1991:40). Membaca sangat penting dilakukan, bukan saja oleh orang
dewasa melainkan juga anak. Seorang pelajar yang memiliki minat baca yang
tinggi umumnya memiliki prestasi yang lebih bagus daripada yang memiliki minat
baca rendah. Seorang anak yang memiliki kegemaran membaca akan nampak lebih
dewasa daripada teman sebayanya. Lebih dewasa dalam hal bergaul dan berpikir.
Dia akan tumbuh menjadi pribadi yang utuh karena lebih tahan menghadapi
berbagai tantangan. Ini terjadi karena daya kritis, kepekaan ilmiah, dan
kepekaan sosial anak akan berkembang sesuai dengan potensinya sebagai
konsekuensi logis dari besarnya wawasan yang ditimba dari kegiatan membaca.
Melalui kegiatan membaca seseorang dapat menambah informasi dan memperluas ilmu
pengetahuan serta kebudayaan.
Dengan
membaca membuat orang menjadi cerdas, kritis dan mempunyai daya analisa yang
tinggi. Melalui kegiatan membaca selalu tersedia waktu untuk merenung, berfikir
dan mengembangkan kreativitas berfikir. Bagi seorang siswa sebagai kelompok
inteIektual perlu memiliki sikap kritis dan analisasis dalam upaya penguasaan
ilmu pengetahuan. Salah satu usaha pembentukan sikap itu adalah dengan cara
banyak membaca. Dengan membaca orang membentuk kemampuan berpikir lewat proses
menangkap gagasan/informasi, memahami, mengimajinasikan, mengekspresikan,
mengalami pencerahan, dan menjadi kreatif. Dalam abad elektronik, membaca
semakin penting sebab informasi tertulis membanjir lewat buku maupun media
elektronik Membaca buku adalah sarana utama untuk mengakses sumber informasi
dan pengetahuan. Gemar membaca menyebabkan orang mandiri dalam mencari
pengetahuan, tidak tergantung pada sekolah, les, training, seminar, dan
sebagainya.
Manfaat
lain yang dapat diperoleh dari aktivitas membaca menurut Gray & Roger
(1995) antara lain : 1. Meningkatkan Pengembangan Diri Dengan membaca sesecrang
dapat meningkatkan ilmu pengetahuan. Sehingga daya nalarnya berkembangan dan
berpandangan luas yang akan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. 2.
Memenuhi Tuntutan Intelektual Dengan membaca buku, pengetahuan bertambah dan
perbendaharaan kata-kata meningkat, melatih imajinasi dan daya pikir sehingga
terpenuhi kepuasan intelektual. 3. Memenuhi Kepentingan Hidup Dengan membaca
akan memperoleh pengetahuan praktis yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.
4. Meningkatkan Minatnya Terhadap Suatu Bidang Seseorang yang senang buku
internet misalnya dengan membaca buku-buku tentang internet, akan meningkatkan
minatnya untuk mempelajarinya lebih mendalam. 5. Mengetahui Hal-hal yang Aktual
Dengan membaca seseorang dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di
lingkungan tanpa harus pergi ke lokasi, misalnya : adanya gempa bumi, banjir,
kebakaran dan peristiwa yang lain. c. Membina Minat Membaca Membaca tapi tidak
memahami isi dari bacaannya, merupakan kecenderungan yang dialami banyak orang.
Kondisi
ini terjadi biasanya disebabkan oleh ketiadaan tujuan dari membaca. Sebagai
contoh, seseorang mendadak rajin membaca ketika sudah mendekati masa ujian.
Maka biasanya, karena diburu-buru waktu dan ada banyak buku yang harus dibaca,
ia akan sulit mencerna dan memahami apa yang dibacanya. Jalan pintas yang
akhirnya ditempuh adalah dengan menghapal sekuat tenaga beberapa bagian dari
isi buku dengan harapan akan keluar saat ujian nanti. Aktivitas membaca yang
demikian itu tentu saja tidak akan memperoleh banyak manfaat. Sebab sebenarnya
seseorang yang membaca itu, paling tidak ia akan memperoleh informasi baru
tentang apa yang dibacanya.
Oleh
karena itu, sedapat mungkin cara seseorang membaca, agar dapat memperoleh banyak
manfaat, adalah: Pertama, membaca itu harus bertujuan. Membaca tanpa tujuan
yang jelas, pemahaman terhadap bahan bacaan menjadi tidak jelas. Dengan cara
demikian, faedah membaca pun akan didapatkan. Kedua, selain untuk menumbuhkan
kebiasaan membaca, membaca yang baik perlu juga ditopang oleh motivasi. Karena
punya target atau tujuan tertentu, maka seseorang akan menjadi termotivasi
untuk membaca buku-buku berkaitan dengan masalah yang menarik perhatiannya,
sehingga mereka tidak hanya membaca, tetapi juga mencerna serta memahami isi
dari bacaan yang dibaca. Inti dari tujuan membaca adalah supaya seseorang dapat
membaca. Artinya, semakin banyak referensi bacaan yang dibaca, akan semakin
memampu orang untuk memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi pada lingkungan
sekitarnya.
Setelah
mengetahui secara mendalam dan mampu menjelaskannya, maka tidak tertutup
kemungkinan bagi seseorang untuk dapat merumuskan solusi/jalan keluar dari
masalah yang sedang dihadapi. Kemampuan diatas bukanlah kemampuan yang bisa
didapat secara instan, meski ada buku-buku yang mengklaim diri bisa memberi
solusi instan namun seringnya tanpa penjelasan karena belajar adalah sebuah
proses. Kritis, itulah yang kita perlukan dalam membaca. Untuk menumbuhkan
kegemaran membaca memerlukan usaha dari semua pihak, terutama keluarga untuk
membuat suatu persepsi dalam keluarga bahwa dengan membaca akan memperoleh
banyak keuntungan dan manfaat. Institusi keluarga berperanan untuk melahirkan
individu yang bukan saja gemar membaca tetapi menjadikan membaca sebagai
budaya.
Orang
tua dalam hal ini memegang peranan yang luar biasa untuk bisa menanamkan
pemikiran bahwa membaca itu perlu dan harus dijadikan kegiatan rutin untuk
mempersenjatai anggota keluarga dengan informasi dan materi yang bisa digunakan
untuk menjawab setiap tantangan yang ada di lingkungan. Peranan ini sangat
diperlukan untuk memenuhi perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi
yang memberi pengaruh besar terhadap perkembangan mental anak-anak. d.
Meningkatkan Minat Membaca Untuk meningkatkan aktivitas membaca diperlukan
peran aktif dari semua komponen yang ada baik pemerintah, masyarakat, keluarga
serta instansi pengelola perpustakaan. a. Peranan Pemerintah Pemberantasan buta
huruf sangat berkaitan erat dengan kewajiban pemerintah dalam menjamin
pendidikan warga negaranya. Dalam hal ini, pemerintah harus menjamin pendidikan
yang berkualitas, terjangkau, dimana termasuk di dalamnya ketersediaan buku
berkualitas yang murah dan dapat di-akses publik secara mudah.
Oleh
sebab itu, pemerintah dituntut sebagai regulator, inisiator, eksekutor, serta
dinamisator bagi terjaminnya perkembangan dan kemajuan pendidikan nasional. 1.
Sebagai Regulator Pemerintah dituntut untuk dapat menghasilkan
peraturan-peraturan maupun kebijakan-kebijakan yang mampu menciptakan suatu
kondisi yang positif dan sehat bagi para pembaca dengan tetap memberi
kesempatan bagi berkembangnya industri perbukuan yang adil, transparan dan
bertangggung jawab. Seperangkat peraturan yang mampu mengayomi semua
kepentingan, terutama di satu sisi, kepentingan sosial bagi masyarakat, dan di
sisi lain, kepentingan ekonomi bagi para pengusaha. Keduanya harus bersinergi
secara postif sehingga tercipta suatu keseimbangan dan keharmonisan dimana
tujuan akhirnya adalah untuk mencerdaskan bangsa. 2. Sebagai Insiator
Pemerintah harus berada di garda terdepan dalam mendorong dan melakukan
perubahan yang diperlukan bagi kepentingan pendidikan secara nasional.
Pemerintah harus mau mengambil inisiatif yang positif, bagi ketersediaan
buku-buku bermutu dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
Hal
ini mencakup pula kewajiban pemerintah untuk mengambil inisiatif terhadap
kemungkinan terjadinya kevakuman ketersediaan buku, akibat liberalisasi pasar
maupun sebab lain diluar kendali pemerintah. 3. Sebagai Eksekutor Pemerintah
berkewajiban untuk menjalankan segala peraturan dan perundang-undangan yang ada
dengan semaksimal mungkin sehingga tercapai suatu korelasi yang positif dan
nyata antara tataran kebijakan dengan realitas yang ada. Untuk itu, diperlukan
sebuah sistem yang mampu mendeteksi setiap bentuk penyimpangan yang kontra
produktif sehingga pada akhirnya merugikan masyarakat pembaca. 4. Sebagai
Dinamisator Pemerintah harus mampu menciptakan suatu kondisi yang dinamis
dimana interaksi antara industri buku dengan pembaca buku berjalan seiring
dalam sistem simbiotik mutualisme. Hubungan yang energik dan dinamis harus
menjadi roh utama antara penulis, penerbit dan pembaca sehingga memungkinkan
terciptanya sebuah ruang yang kondusif bagi tumbuh kembangnya aktivitas baca
masyarakat Dengan ketersediaan buku yang layak, berkualitas dengan harganya
terjangkau. b. Peranan Masyarakat Peran masyarakat dalam menumbuhkan budaya
gemar membaca, merupakan sebuah kebutuhan yang tidak terhindarkan dalam
menciptakan masyarakat yang sadar membaca.
Masyarakat
dapat mengambil porsi tersendiri, melalui berbagai bentuk kegiatan maupun
penyediaan ruang-ruang publik yang mendorong anggotanya untuk memanfaatkan
ruang dan waktu yang tersedia, dengan membaca. Budaya membaca harus menjadi
budaya masyarakat, baik melalui kampanye-kampanye nyata maupun melalui
pertemuan- pertemuan yang bersifat informal maupun formal. Kegiatan gemar
membaca harus dilakukan secara terus menerus berkesinambungan tanpa henti,
sehingga menjadi sebuah ritual baru. Pengadaan perpustakaan umum maupun
perpustakaan keliling, merupakan sebuah contoh untuk melangkah lebih maju dalam
mendorong masyarakat yang gemar membaca. c. Peranan Keluarga Peranan keluarga dalam
meningkatkan minat dan aktivitas membaca adalah sangat penting dan mendasar
sekali. Disinilah pada dasarnya letak dan arah kemajuan bangsa dapat diraih.
Keluarga
memiliki pengaruh yang kuat terhadap perkembangan minat dan kegemaran membaca
anak. Keluarga adalah sarana yang tepat bagi persemaian watak, perilaku dan
kecerdasan mengingat seluruh anggotanya dimungkinkan dapat berinteraksi secara
intensif, bebas dan dinamis. Oleh sebab itu dalam, menumbuhkan minat dan
kegemaran membaca, maka harus dimulai dari lingkungan keluarga sebagai unsur
terpenting dalam sebuah komunitas masyarakat. Keluarga mempunyai posisi yang
sangat strategis dalam menentukan perkembangan kecerdasan anggota keluarga.
Kecerdasan seorang anak sangat ditentukan oleh dua faktor mendasar, yaitu: 1.
Pola makan yang menyangkut nilai gizi bagi perkembangan otak termasuk
didalamnya dalam masa kehamilan serta pertumbuhan bagi perkembangan kecerdasan
otak. 2. Kebiasaan atau budaya yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga,
menyangkut proses pembelajaran semenjak anak-anak hingga dewasa. Kedua faktor
ini akan terkait satu sama lain, sehingga saling mempengaruhi dan menentukan.
Kecerdasan
seseorang tidak dapat diabaikan dari nilai gizi makanan yang di konsumsinya dimana
zat-zat tertentu sangat dibutuhkan dalam perkembangan otak dimasa pertumbuhan.
Begitu juga dengan kebiasaan membaca yang merupakan bagian dari proses
pembelajaran yang panjang, memerlukan alokasi waktu dan usaha yang memadai.
Ayah dan Ibu adalah contoh terbaik kepada anak-anak untuk mewujudkan budaya
gemar membaca di kalangan anggota keluarga. Keduanya perlu terlebih dahulu
memberikan contoh keteladanan gemar membaca agar membentuk sikap positif anak
terhadap aktivitas membaca terutama membaca bahan bacaan yang berkualitas.
Sikap positif ini akan melahirkan anggota keluarga yang menghargai buku dan
ilmu serta memastikan membaca untuk kemajuan diri dan keluarga. d. Peranan
Pihak Perpustakaan Usaha-usaha lain yang harus dilakukan dari pihak
perpustakaan sebagai penyedia bahan bacaan adalah pengelola perpustakaan
sekolah juga perlu menciptakan kiat-kiat atau terobosan-terobosan untuk
memajukan perpustakaannya, misalnya bekerja sama dengan lembaga-lembaga
pendidikan lain, pusat perbukuan, penerbit, toko buku, media cetak, organisasi
kemasyarakatan, dan sebagainya. Penataan ruang perpustakaan yang nyaman serta
pengayaan fasilitas perpustakaan perlu diupayakan agar siswa sebagai pengunjung
merasa betah berada di ruang perpustakaan.
Yang
dimaksud fasilitas perpustakaan dalam
hal ini adalah tersedianya sebuah ruang audio yang dilengkapi dengan proyektor,
tape recorder, perangkat OHP, in focus, perangkat komputer, dan fasilitas
lainnya. Hal lain yang tidak kalah penting adalah, pertama memperhatikan
koleksi buku, artinya pengelola perpustakaan harus jeli dalam memilih judul
buku dan senantiasa memperbaiki koleksi buku-bukunya. Kedua, memperhatikan
penyusunan buku-buku sesuai sistem yang digunakan, hal ini agar pengunjung
perpustakaan mudah mendapatkan bahan bacaan yang diperlukannya.
2.2
PERPUSTAKAAN SEKOLAH a.
Definisi
Perpustakaan berarti kumpulan buku-buku bacaan (Purwodarminto, 2002: 782).
Ketika mendengar kata perpustakaan, pasti langsung terbayang sederetan
buku-buku yang tersusun rapi di dalam rak sebuah ruangan. Pendapat ini
kelihatannya benar, tetapi jika diperhatikan lebih lanjut, hal itu belumlah
lengkap. Karena setumpuk buku yang diatur di rak sebuah toko buku tidak dapat
disebut sebagai sebuah perpustakaan. Perpustakaan bukan merupakan hal yang baru
dikalangan masyarakat, dimana-mana telah diselenggaran perpustakaan. Tetapi
walaupun bukan merupakan hal baru masih banyak yang mendefinisikan yang salah
terhadap perpustakaan. Menurut Rohanda (2000) banyak batasan atau pengertian
tentang perpustakaan yang disampaikan oleh para pakar di bidang perpustakaan.
1. Menurut kamus “The Oxford English Dictionary” Kata “library” atau
perpustakaan mulai digunakan dalam bahasa Inggris tahun 1374, yang berarti
sebagai “suatu tempat buku-buku diatur untuk dibaca, dipelajari atau dipakai
sebagai bahan rujukan” 2. Pengertian perpustakaan pada abad ke-19 “Suatu
gedung, ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku yang dipelihara
dengan baik, dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat
tertentu”. Dalam perkembangannya lebih lanjut, pengertian perpustakaan
memperoleh penghargaan yang tinggi, bukan sekadar suatu gedung yang berisi
koleksi buku yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. 3. Pada tahun 1970 The
American Library Association menggunakan istilah perpustakaan untuk suatu
pengertian yang luas yaitu termasuk pengertian “pusat media, pusat belajar,
pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat dokumentasi dan pusat rujukan“.
4. Menurut pengertiannya yang mutakhir, Keputusan Presiden RI nomor 11
“Perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai
hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan,
teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional”. Ada dua unsur utama dalam
perpustakaan, yaitu buku dan ruangan. Namun, di zaman sekarang, koleksi sebuah
perpustakaan tidak hanya terbatas berupa buku-buku, tetapi bisa berupa film,
slide, atau lainnya, yang dapat diterima di perpustakaan sebagai sumber
informasi. Kemudian semua sumber informasi itu diorganisir, disusun teratur,
sehingga ketika kita membutuhkan suatu informasi, kita dengan mudah dapat
menemukannya. Adapun ciri-ciri perpustakaan yang dirinci adalah: 1.
Perpustakaan merupakan suatu unit kerja. 2. Perpustakaan mengelola sejumlah
bahan pustaka. 3. Perpustakaan harus digunakan oleh pemakai. 4. Perpustakaan
sebagai sumber informasi. Berdasarkan ciri pokok tersebut maka arti
perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu
yang mengelola bahan pustaka.baik berupa buku-buku maupaun bukan buku yang
diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan
sebagai sumber informasi oleh setiap pemakai (Ibrahim Bafadal, 1996:2-3).
Apabila ditinjau dari sudut tujuan, fungsi serta pemakainya maka secara garis
besar ada lima perpustakaan yaitu perpustakaan nasional, perpustakaan khusus,
perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan umum, dan perpustakaan sekolah.
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang diselenggarakan disekolah guna
menunjang program belajar mengajar dilembaga formal tingkat sekolah dasar
maupun sekolah menengah baik umum maupun lanjutan. Ibrahim Bafadal (1992:4)
menjelaskan bahwa perpustakaan sekolah merupakan koleksi yang diorganisasikan
didalam suatu ruang agar dapat digunakan oleh murid-murid dan guru-guru yang
dalam penyelenggaraannya diperlukan seorang pustakawan yang dapat diambil dari
salah seorang guru. Berdasarkan pengertian diatas perpustakaan sekolah adalah
sebagai unit kerja dari suatu lembaga yang bernama sekolah yang berupa tempat
menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis dan
berkesinambungan sebagai sumber informasi untuk mengembangkan dan memperdalam
pengetahuan baik oleh guru maupun siswa disekolah tersebut. b. Tujuan
Perpustakaan Sekolah Perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan
pustaka. Bahan pustaka yang dimaksud merupakan hasil budaya dan mempunyai
fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan,
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional. Perpustakaan sekolah bertujuan untuk mempertinggi daya
serap dan kemampuan siswa dalam proses pendidikan serta membantu memperluas
cakrawala guru, serta karyawan yang ada dilingkungan sekolah. c. Fungsi
Perpustakaan Sekolah Perpustakaan Sekolah menurut Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan nomor 0103/O/1981, tanggal 11 Maret 1981, mempunyai fungsi
sebagai berikut: a. Pusat kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan
pendidikan seperti tercantum dalam kurikulum sekolah. b. Pusat Penelitian
sederhana yang memungkinkan para siswa mengembangkan kreativitas dan
imajinasinya. c. Pusat membaca buku-buku yang bersifat rekreatif dan mengisi
waktu luang (buku-buku hiburan). Untuk selanjutnya perpustakaan itu sebagai
tempat membina minat dan bakat siswa, menuju belajar sepanjang hayat (Long Life
Education). Menurut Imade Wardita perpustakaan memiliki sejumlah fungsi yaitu
fungsi edukatif, informatif, rekreatif, dan inspiratif (Buletin Pusat Perbukuan
No.4/1998): 1. Fungsi Edukatif Perpustakaan sekolah, menyediakan buku-buku
fiksi dan non fiksi. Adanya buku-buku tersebut dapat membiasakan siswa untuk
belajar sendiri tanpa bimbingan guru. Karena sebagian besar pengadaan buku
disekolah disesuaikan dengan kurikulum sekolah. 2. Fungsi Informasi
Perpustakaan yang sudah maju tidak hanya menyediakan bahan-bahan berupa
buku-buku, tetapi juga menyediakan bahan bacaan lain seperti majalah, Koran
bulletin, pamplet, peta dan lain sebagainya. Semua itu akan dapat memberikan
informasi dan keterangan yang beragam sesuai dengan yang diperlukan siswa. 3.
Fungsi Tanggungjawab Administrasi Fungsi ini dapat dilihat dari kegiatan
sehari-hari diperpustakaan sekolah dimana setiap peminjaman dan pengembalian
harus selalu dicatat oleh petugas perpustakaan. Apabila ada siswa yang
terlembat mengembalikan akan mendapat denda atau apabila menghilangkan buku yang
dipinjam maka ia harus menggantinya baik dengan cara membeli baru ataupun
difotocopy. Semua itu akan mendidik dan membiasakan untuk bertanggung jawab. 4.
Fungsi Rekreasi perpustakaan sekolah dapat pula berfungsi sebagai rekreasi. Hal
ini bukan berarti secara fisik pergi mengunjungi tempat-tempat rekreasi
tertentu akan tetapi secara psikologis. Sebagai contoh seorang siswa membaca
cerita tentang “Pulau Bali” didalam buku itu dikemukakan keindahan panorama
Bali selain itu dipertegas dengan gambar-gambar sehingga sangat menarik. Dengan
demikian secara psikologis dengan membaca buku tersebut siswa dapat merasa
telah melakukan rekreasi ke Pulau Bali. 5. Fungsi Riset Tersedianya buku-buku
bahan bacaan yang lengkap akan dapat memberikan panduan bagi siswa maupun guru
untuk melakukan riset mengenai berbagai macam hal. d. Pengelolaan Perpustakaan
Sekolah Pengelolaan perpustakaan sekolah membutuhkan perencanaan yang matang
dalam berbagai macam hal, antara lain: 1. Pemilihan Bahan Pustaka Proses
melakukan pengadaan bahan pustaka harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
permintaan pemakai perpustakaan dan tidak bertentangan dengan tujuan dan fungsi
perpustakaan sekolah, serta bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan kemajuan
yang baik. 2. Pengadaan Koleksi Bahan Pustaka. Usaha pengadaan koleksi bahan pustaka dapat
dilakukan dengan berbagaiu cara yaitu: a. Pembelian Jalan ini adalah jalan yang
ideal dalam pengadaan koleksi bahan pustaka, sebab ada kebebasan dalam
menentukan pilihan bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan. b. Hadiah Hadiah
atau pemberian dapat diperoleh dari instansi pemerintah maupun swasta,
perorangan berupa kenang- kenangan tanda terimakasih dan sebagainya. c. Tukar
Menukar Bagi sekolah yang mampu menerbitkan buku atau memiliki penerbitan sendiri
dapat dipergunakan untuk tukar menukar bahan pustaka dengan penerbit lain. Hal
ini akan menjadikan koleksi bahan pustaka perpustakaan bertambah. 3.
Inventarisasi Bahan Pustaka Setelah buku diterima baik dari yang pembelian,
hadiah, tukar menukar, maka secepatnya diberiakan tanda kepemilikan dengan
memberi cap atau stempel pada halaman tertentu secara konsisten, misalnya pada
halamn judul, ditengah atau pada halaman terakhir, kemudian dicatat dalam buku induk. Dalam buku
induk memuat nomor urut, tanggal penerimaan, pengarang, judul, penerbit, tahun
terbit, asal buku, jumlah, harga dan keterangan lain. 4. Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokan buku menurut bidang ilmu masing-masing.
Klasifikasi ini berfungsi untuk agar pelayanan diperpustakaan dapat
dilaksanakan dengan mudah cepat dan tepat. 5. Katalogisasi Katalog adalah
daftar bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan. Fungsi katalog untuk
mempermudah mencari letak buku pada kelompok nama buku itu diperoleh. 6.
Menyusun Bahan Pustaka Bahan pustaka yang telah selesai diolah dan siap dipakai
dapat disusun pada rak-rak buku, rak majalah, rak kamus dan rak surat kabar. 7.
Pelayanan Pelayanan pemakaian perpustakaan meliputi sirkulasi yang menyangkut
peminjaman dan pengembalian buku. Dalam peminjaman maupun pengembalian buku ada
persyaratan yang harus dipatuhi e. Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan didirikan bukan hanya sekedar melayani peminjaman buku-buku
pelajaran bagi siswa tetapi siswa harus dapat dimanfaatkan untuk mengasah otak,
menambah pengetahuan dengan memperbanyak aktivitas membaca buku-buku yang ada
didalamnya, baik buku pelajaran maupun buku lain yang masih berkaitan dengan
pelajaran di sekolah. 2.3 PRESTASI BELAJAR a. Definisi Prestasi adalah hasil
yang dicapai atau di lakukan (Poerwodarminto, 1976:780). Prestasi adalah hasil
belajar/kerja semaksimal mungkin. Hasil belajar adalah hasil aktivitas manusia
dalam bidang tertentu dan aktivitas itu terlaksana semaksimal mungkin. Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman dalam lingkungannya. Belajar
adalah suatu usaha untuk memperoleh kebiasaan ilmu pengetahuan dan sikap yang
terutama diperoleh disekolah sehingga tercapai perubahan tingkah laku yang
diharapkan. Hamalik (2001:27) mengemukakan tentang belajar sebagai berikut:
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami. Selain itu dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Menurut Djamarah
(1995:44) belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri
seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Menurut Gagne dalam
(1977) menyatakan bahwa “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama
dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya
(performance- nya) berubah dari waktu sebelum mengalami situasi ke waktu
sesudah ia mengalami situasi tadi”. Menurut Morris L Bigge dikutip oleh Max
Darsono (2001:3) belajar adalah perubahan yang menetapkan dalam kehidupan
seseorang yang tidak diwariskan secara grafis. Sedangkan menurut Marle J
Moskowitz dan Arthur R Orgel yang juga dikutip oleh Max Darsono (2001:3)
belajar adalah perubahan perilaku yang sebagai langsung dari pengalaman dan
bukan akibat dari hubungan dalam sistem syaraf yang dibawa sejak lahir. Dari
definisi diatas belajar adalah terjadi perubahan dari diri orang yang belajar
karena pengalaman. Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat
berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan tingkah
laku. Unsur-unsur yang terdapat dalam proses belajar antara lain: 1. Pembelajaran
berupa peserta didik, pembelajaran warga belajar dan peserta pelatihan 2.
Rangsangan yaitu peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajaran 3. Memori
berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan ketrampilan dan sikap yang
dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya 4. Respon adalah tindakan yang
dihasilkan dari aktivitas memori Adapun faktor-faktor yang saling mempengaruhi
dalam belajar adalah sebagai berikut: 1. Faktor Individual (Dari dalam diri
seseorang) a. Kematangan/pertumbuhan b. Kecerdasan/inteligensi c.
Latihan/ulangan d. Motivasi e. Karakter Individu/faktor pribadi 2. Faktor
Sosial (Dari luar individu) a. Faktor keluarga/keadaan rumah tangga b. Guru dan
cara mengajarnya c. Alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar d.
Lingkungan dan kesempatan yang tersedia e. Motivasi sosial. Aktivitas belajar
akan terjadi pada diri siswa apabila terdapat interaksi secara sadar situasi
stimulus dengan isi memori sebagai perilakunya berubah dari waktu sebelumnya
dan setelah adanya situasi stimulus. Menurut Rachman Natawidjaja (1984:14)
telah dikemukakan mengenai ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar
sebagai berikut: a. Perubahan yang terjadi secara sadar Individu yang belajar
akan menyadari dan merasakan adanya perubahan dalam dirinya. b. Perubahan dalam
belajar bersifat kontinyu dan fungsional Sebagai hasil belajar perubahan yang
terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Satu
perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan dan berguna bagi proses
belajar berikutnya. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan negatif
Dalam belajar perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan bertujuan untuk
memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan bersifat aktif
artinya perubahan itu terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu
sendiri. d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang
terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa
tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. e. Perubahan
dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan tingkah laku itu terjadi karena
tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah
laku yang benar-benar disadari. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah
laku Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar,
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku baik dalam sikap kebiasaan,
ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya. Berdasarkan ciri-ciri perubahan
tingkah laku dalam belajar berarti belajar menyangkut proses belajar dan hasil
belajar. Hasil dari belajar sangat terkait dengan prestasi belajar pada
individu. Hasil belajar merupakan cerminan pencapaian prestasi individu dalam
proses belajar dan pembelajaran. Prestasi hasil belajar dapat pula diartikan
sebagai tingkat keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang
dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah
materi pelajaran tertentu (Depdikbud, 1990:23). Prestasi belajar adalah hasil
yang dicapai siswa sekolah yang ditunjukkan dengan terjadinya perubahan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap sebagai hasil suatu individu itu sendiri
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Secara umum prestasi belajar dipengaruhi
oleh beberapa faktor (Rachman Natawidjaja , 1984:16) yaitu: 1. Faktor Internal
a. Faktor Jasmaniah (Fisiologis) Meliputi penglihatan, pendengaran, struktur
tubuh, dan lain sebagainya. b. Faktor Psikologis • Faktor Intelektif Meliputi
faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat dan faktor kecakapan yaitu prestasi
yang telah dimiliki. • Faktor Non-Intelektif Meliputi unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti: sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan
penyesuaian diri. c. Faktor Kematangan Fisik dan Psikis 2. Faktor Eksternal
Meliputi faktor sosial, budaya, lingkungan fisik dan lingkungan fisik dan
lingkungan spiritual atau keagamaan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang menyeluruh baik perubahan
kognitif, afektif, psikomotorik pada individu dan perubahan-perubahan itu
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya sehingga akan mengarah pada
perubahan tingkah laku yang diharapakan. Faktor-faktor tersebut diatas saling
berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung pada diri individu untuk
mencapai prestasi belajar. Biasanya prestasi belajar itu ditunjukkan dengan
nilai raport yang telah dicapai. b. Prinsip-Prinsip Belajar Secara umum prinsip
belajar adalah sebagai berikut: 1. Belajar sebagai usaha memperoleh perubahan
tingkah laku. 2. Hasil belajar ditandai dengan perubahan aspek tingkah laku. 3.
Belajar merupakan suatu proses. 4. Proses belajar terjadi karena adanya
dorongan dan tujuan yang hendak dicapai. 2.4 Korelasi Membaca Buku di
Perpustakaan dengan Minat Membaca dan Prestasi Belajar Siswa Membaca buku
adalah keaktifan, kegiatan atau kesibukan untuk memperhatikan, kata-kata
tertulis yang melibatkan penglihatan, gerakan mata, pembicaraan, ingatan
pengetahuan mengenai kata-kata yang dapat dipahami dan pengalaman membacanya
yang dilakukan secara intensif merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas
membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan kesadaran dan
kemauan sendiri dan mendapat imbalan berupa wawasan dan informasi dari hasil
aktivitas membaca tersebut. Minat membaca meliputi kesenangan membaca,
frekuensi membaca, dan kesadaran akan manfaat membaca. Sementara itu, prestasi
belajar merupakan hasil belajar yang tergambar pada laporan hasil belajar siswa
(rapor). Dengan demikian, korelasi membaca buku di perpustakaan dengan minat
membaca dan prestasi belajar siswa adalah hubungan membaca buku di perpustakaan
dengan kesenangan membaca dan prestasi belajar siswa.
BAB
III
METODE
DAN TEKNIK PENELITIAN
4.1 METODE
PENELITIAN
Metode
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan cara penelitian
deskriptif kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dalam
bentuk kalimat-kalimat yang tersusun dalam angket kuisioner, dan juga berupa data
kuantitatif. Yaitu data yang terkumpul dalam bentuk angka. Angket merupakan
metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan pertanyaan yang
harus dikerjakan atau dijawab oleh orang yang meliputi angket tersebut. Dengan
metode ini, hasilnya akan membuktikan ada atau tidaknya hubungan masalah yang
diteliti pada siswa siswa SMA Plus PGRI Cibinong kelas X dan XI Unggulan
semester II tahun pelajaran 2011/2012.
4.2
TEKNIK PENELITIAN
3.2.1.
Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penulis mengumpulkan data dari
tiga sumber, yakni data nilai angket kebiasaan atau minat membaca siswa, angket
tentang pandangan siswa terhadap keberadaan perpustakaan dan pemanfaatan mereka
dalam menggunakannya, serta tentang prestasi siswa dan hubungannya dengan
kegiatan membaca di perpustakaan. penulis terlebih dahulu membagikan
angket/kuesioner tentang kebiasaan atau minat membaca siswa yang berjumlah 10
pertanyaan yang berbentuk pilihan ganda dengan pilihan A, B, C, D, atau E.
Instrumen angket ini digunakan nilai/skor antara 1 sampai dengan 5. Skor 1
untuk jawaban E, skor 2 untuk jawaban D, skor 3 untuk jawaban C, skor 4 untuk
jawaban B, dan skor 5 untuk jawaban A. Jadi masing-masing pilihan jawaban itu
dimaksudkan untuk melambangkan perbedaan kadar atau kualitas kebiasaan atau
minat membaca yang dimiliki siswa secara tafsiran kuantitatif. Setelah itu,
penulis memberikan angket yang kedua. Angket ini berisi tentang pandangan siswa
terhadap keberadaan perpustakaan dan pemanfaatan mereka dalam menggunakannya.
Berjumlah 10 pertanyaan yang berbentuk pilihan ganda dengan pilihan A, B, C,
atau D. Instrumen angket ini digunakan nilai/skor antara 1 sampai dengan 4.
Skor 1 untuk jawaban D, skor 2 untuk jawaban C, skor 3 untuk jawaban B, dan
skor 4 untuk jawaban A. Jadi masing-masing pilihan jawaban itu akan
melambangkan penting atau tidaknya keberadaan perpustakaan untuk para siswa
secara tafsiran kuantitatif. Kemudian kembali memberikan angket yang terakhir.
Angket ini berisi tentang prestasi siswa dan hubungannya dengan kegiatan
membaca di perpustakaan. Angket ini berisi dengan pertanyaan singkat dengan
jumlah sepuluh pertanyaan. Dengan kriteria penilaian setiap jawaban akan
memperlihatkan hubungan prestasi siswa di sekolah dengan membaca di
perpustakaan. 3.2.2. Teknik Pengolahan Data Data penelitian ini diolah dengan
menggunakan teknik stastistik dan kualitatif. Pengolahan data dengan
menggunakan teknik statistik berupa nilai mentah dari angket/kuisioner yang
berbentuk pilihan ganda. Nilai tersebut akan disusun dalam tabel distribusi
frekuensi dan penulis akan menghitung nilai rata-rata (mean). Sedangkan data
yang diolah dengan teknik kualitatif, merupakan jawaban siswa dari
angket/kuisioner yang berbentuk essay dengan 10 pertanyaan. Jawaban tersebut
akan diteliti dan ditarik kesimpulan dari setiap jawaban. 4.3 POPULASI DAN
SAMPEL 3.3.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi
siswa SMA Plus PGRI Cibinong kelas X dan XI Unggulan semester II tahun
pelajaran 2010/2011. Terdiri dari 5 kelas, yaitu kelas XI IPA Unggulan 1, XI
IPA Unggulan 2, X Unggulan 3, dan X Unggulan 4. Dengan jumlah siswa 141 orang.
Namun peneliti tidak akan mengambil jumlah populasi secara keseluruhan,
melainkan hanya mengambil sampel saja, agar subjek yang diteliti tidak terlalu
banyak. 3.3.2. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampel
Nonprobabilita. Dengan jenis, Purposive Sampling. Karena penelitian dilakukan
dengan sengaja oleh peniliti atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya sesuai dengan masalah penelitian. Sampel yang akan diteliti sejumlah
20 orang.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
Pengumpulan Data Berikut ini adalah data yang dikumpulkan penulis dari tiga
sumber, yakni data angket pilihan ganda kebiasaan membaca, data nilai angket
pilihan ganda mengenai perpustakaan, dan angket essay mengenai prestasi belajar
siswa. Tabel 1 JAWABAN ANGKET KEBIASAAN MEMBACA Nama Siswa Kelas Soal Nomor
Jumlah Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MV X. U3 3 3 2 3 2 2 3 5 2 4 29 Cukup NS
X. U3 4 3 4 3 2 2 3 5 5 5 36 Tinggi AK X. U3 4 4 5 3 3 3 3 5 5 5 40 Tinggi AH
X. U3 4 4 4 3 2 2 4 4 3 4 34 Tinggi DF X. U4 4 3 2 4 2 3 3 3 5 4 33 Tinggi MS
X. U4 5 5 4 3 5 3 3 5 5 5 43 Sangat Tinggi IA X. U4 5 3 3 3 3 2 2 3 4 5 33
Tinggi DO X. U4 5 3 5 4 3 3 3 3 5 5 39 Tinggi ML XI IPA U1 5 3 4 3 2 2 3 4 5 4
36 Tinggi AA XI IPA U1 5 5 5 4 4 3 5 5 5 4 45 Sangat Tinggi FD XI IPA U1 5 4 5
5 5 3 4 5 5 5 46 Sangat Tinggi YM XI IPA U1 3 3 3 3 1 2 4 4 5 3 31 Tinggi
- 47 Keterangan: Nilai = 41 – 50 (Minat Membaca
Sangat Tinggi) Nilai = 31 – 40 (Minat Membaca Tinggi) Nilai = 21 – 30
(Minat Membaca Cukup/Sedang) Nilai = 11 – 20 (Minat Membaca Rendah) Nilai
= 0 – 10 (Minat Membaca Sangat Rendah) AD XI IPA U1 3 3 4 3 2 1 4 5 2 5 32
Tinggi FN XI IPA U1 4 4 3 3 3 2 3 5 5 4 36 Tinggi AW XI IPA U2 5 5 5 5 1 2
2 3 1 3 32 Tinggi WA XI IPA U2 5 5 4 5 2 2 3 5 5 5 41 Sangat Tinggi IA XI
IPA U2 4 3 5 3 3 3 3 4 4 4 36 Tinggi AA XI IPA U2 3 3 5 3 3 3 3 5 5 5 38
Tinggi AP XI IPA U2 4 4 5 3 3 3 4 4 5 4 39 Tinggi AA XI IPA U2 3 3 3 3 3 1
4 4 2 3 29 Cukup Jumlah 728
- 48 Tabel 2 JAWABAN ANGKET PERPUSTAKAAN
Nama Siswa Kelas Soal Nomor Jumlah Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MV X.
U3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 25 Cukup Penting NS X. U3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 34
Penting AK X. U3 3 3 3 4 4 1 3 4 4 4 33 Penting AH X. U3 2 2 4 4 3 3 4 4 3
3 32 Penting DF X. U4 2 3 4 4 1 3 4 4 4 4 33 Penting MS X. U4 3 3 3 4 3 4
4 3 4 4 39 Penting IA X. U4 3 4 3 4 3 2 3 4 4 4 34 Penting DO X. U4 3 4 3
3 3 3 3 3 4 3 32 Penting ML XI IPA U1 2 1 3 4 3 4 2 3 4 4 30 Cukup Penting
AA XI IPA U1 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 37 Penting
- 49 Keterangan: Nilai = 31 – 40
(Perpustakaan Penting) Nilai = 21 – 30 (Perpustakaan Cukup Penting) Nilai
= 11 – 20 (Perpustakaan Tidak Penting) Nilai = 0 – 10 (Perpustakaan Sangat
Tidak Penting) FD XI IPA U1 3 2 3 4 3 1 3 4 4 4 31 Penting YM XI IPA U1 1
1 4 3 1 3 2 3 3 2 23 Cukup Penting AD XI IPA U1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 30
Cukup Penting FN XI IPA U1 3 3 3 4 4 3 2 2 4 4 32 Penting AW XI IPA U2 4 4
3 2 2 2 1 3 4 1 26 Cukup Penting WA XI IPA U2 4 3 3 3 4 1 3 1 4 4 30 Cukup
Penting IA XI IPA U2 3 2 3 4 3 4 3 3 4 4 33 Penting AA XI IPA U2 4 3 3 4 4
2 2 3 4 4 33 Penting AP XI IPA U2 3 2 4 4 3 3 3 3 4 4 33 Penting AA XI IPA
U2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 24 Penting Jumlah 624
- 50 Deskripsi Data Setelah Penulis
memperoleh data sampel penelitian dalam hal kebiasaan membaca dan opini
tentang pentingnya perpustakaan dari siswa kelas unggulan SMA Plus PGRI
Cibinong, Penulis dapat mengetahui rata-rata tingkat kebiasaan membaca
siswa tergolong tinggi, dengan rata-rata skor 36,4. Begitu pula dengan
opini siswa tentang pentingnya perpustakaan. Para siswa yang menganggap
perpustakaan sangat penting tergolong tinggi dengan rata- rata skor 31,2.
4.2 Analisis Data
- 51 Data yang telah dikumpulkan kemudian
Penulis olah kembali dengan menganalisis setiap pertanyaan untuk
mengetahui berapa orang yang menjawab pertanyaan A, B, C, D, atau E pada
angket kebiasaan membaca dan berapa orang yang menjawab A, B, C,atau D
pada angket perpustakaan. 1. Angket Kebiasaan/Minat Membaca Tabel 3
JAWABAN TIAP PERTANYAAN ANGKET KEBIASAAN MEMBACA Soal Pilihan A B C D E 1.
Bagaimanakah perasaan anda apabila keinginan membaca dapat tersalurkan? 8
7 5 0 0 2. Tingkat keinginan anda untuk membaca cenderung termasuk pada
kategori mana? 4 5 11 0 0 3. Bagian/rubrik surat kabar yang paling
disenangi adalah ……….. 7 8 4 1 0 4. Bagaimanakah perasaan anda bilamana
novel sastra (seperti novel Pramoedya Ananta Toer) itu beredar sangat luas
di masyarakat dan mudah dijangkau? 3 3 14 0 0 5. Berapa rata-rata jumlah bacaan
yang anda baca perminggu? 2 1 8 7 2 6. Rata-rata tingkat frekuensi anda
pergi membeli buku setiap bulannya? 0 0 9 9 2 7. Bagaimanakah anda dengan
kesempatan untuk membaca di rumah? 1 6 11 2 0 8. Bagi anda, munculnya
dorongan untuk membaca terutama adalah …………… 10 6 4 0 0 9. Anda terdorong
untuk membaca. Kerana jenis alasan ……………. 13 2 1 3 1 10. Menurut anda,
kegiatan membaca buku itu ………….. 10 7 3 0 0
- 52 Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan
bahwa; pada pertanyaan nomor 1, siswa yang memilih jawaban A sebanyak 40%,
jawaban B 35%, C 25% dan untuk jawaban D dan E sebanyak 0%. Artinya, 40%
siswa sangat senang bila mereka dapat menyalurkan keinginan mereka untuk
membaca, 35% merasa senang, dan 25% siswa merasa biasa saja. Pada
pertanyaan kedua, sebanyak 20% siswa mempunyai kategori keinginan membaca
yang cenderung kuat, 25% termasuk dalam kategori kuat, dan 55% termasuk
dalam kategori biasa saja. Pertanyaan ketiga, 35% siswa lebih menyukai
bagian/rubrik sastra budaya (cerpen, puisi, cerita bersambung) pada surat
kabar, 40% lebih menyukai profil tokoh, 20% lebih menyukai opini
(artikel-artikel, karangan lepas), dan 5% siswa lebih menyukai bagian
konsultasi/tanya jawab. Pertanyaan keempat, sebanyak 15% siswa merasa
sangat senang bila novel sastra dapat beredar sangat luas di masyarakat
dan mudah dijangkau, 15% merasa senang, dan 70% siswa merasa biasa saja.
Pertanyaan kelima, 10% siswa rata-rata membaca lebih dari 5 judul buku
perminggu, 5% membaca antara 4-5 judul, 40% membaca 2-3 judul, 35% membaca
kira-kira 1 judul buku, dan 10% siswa tidak membaca 1 judulpun dalam
seminggu.
- 53 Pertanyaan keenam, sebanyak 45% siswa
membeli 3-2 buku setiap bulannya, 45% membeli 1 buku, dan 10% siswa tidak
membeli satu bukupun dalam satu bulan. Pertanyaan ketujuh, 5% siswa
mempunyai kesempatan yang sangat tersedia untuk membaca di rumah, 27%
mempunyai kesempatan yang cukup tersedia, 50% siswa terkadang mempunyai
cukup kesempatan dan terkadang tidak, 9% tidak cukup tersedia kesempatan
untuk membaca, dan 9% sangat tidak cukup tersedia kesempatan untuk
membaca. Pertanyaan kedelapan, 50% siswa mempunyai dorongan untuk membaca
terutama demi rasa ingin tahu dan terhibur, 30% demi mendapatkan manfaat
dan untuk iseng, dan 20% demi mengisi waktu luang. Pertanyaan kesembilan,
sebanyak 65% siswa terdorong untuk membaca karena alasan demi meningkatkan
pengembangan diri, 10% demi kebutuhan harga diri, 5% karena terpengaruh
orang lain, 15% demi penyelesaian tugas agar nilai aman, 5% demi mendapat
imbalan jasa. Pertanyaan kesepuluh, 50% siswa menganggap kegiatan membaca
itu sangat perlu dan sangat penting, 35% menganggap perlu dan penting, 15%
menganggap kegiatan membaca itu biasa saja.
- 54 2. Angket Perpustakaan Tabel 4 JAWABAN
TIAP PERTANYAAN ANGKET PERPUSTAKAAN Nama Siswa Kelas Soal Nomor Jumlah
Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MV X. U3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 25 Cukup
Penting NS X. U3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 34 Penting AK X. U3 3 3 3 4 4 1 3 4 4
4 33 Penting AH X. U3 2 2 4 4 3 3 4 4 3 3 32 Penting DF X. U4 2 3 4 4 1 3
4 4 4 4 33 Penting MS X. U4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 39 Penting IA X. U4 3 4 3
4 3 2 3 4 4 4 34 Penting DO X. U4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 32 Penting ML XI IPA
U1 2 1 3 4 3 4 2 3 4 4 30 Cukup Penting AA XI IPA U1 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4
37 Penting FD XI IPA U1 3 2 3 4 3 1 3 4 4 4 31 Penting YM XI IPA U1 1 1 4
3 1 3 2 3 3 2 23 Cukup Penting AD XI IPA U1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 30 Cukup
Penting FN XI IPA U1 3 3 3 4 4 3 2 2 4 4 32 Penting AW XI IPA U2 4 4 3 2 2
2 1 3 4 1 26 Cukup Penting WA XI IPA U2 4 3 3 3 4 1 3 1 4 4 30 Cukup
Penting IA XI IPA U2 3 2 3 4 3 4 3 3 4 4 33 Penting AA XI IPA U2 4 3 3 4 4
2 2 3 4 4 33 Penting
- 55 Pertanyaan pertama, 25% siswa
mengunjungi perpustakaan lebih dari 4 kali dalam satu bulan, 40%
mengunjungi minimal satu atau dua kali, 30% siswa mengunjungi perpustakaan
hanya bila diwajibkan untuk ke perpustakaan, dan 5% siswa tidak pernah
mengunjungi sama sekali. Pertanyaan kedua, sebanyak 20% siswa biasanya
membaca atau meminjam buku bila berada di perpustakaan, 45% siswa belajar
individu atau kelompok, 25% siswa mengerjakan tugas karena referensi buku
yang diminta ada di perpustakaan, 10% hanya ikut-ikut teman yang pergi ke
perpustakaan. Pertanyaan ketiga, 25% siswa menganggap fasilitas yang
tersedia di perpustakaan sudah sangat memadai, 65% menganggap fasilitas
cukup memadai, dan 10% menganggap fasilitas di perpustakaan biasa saja.
Pertanyaan keempat, 60% siswa menganggap ruangan perpustakaan sudah sangat
baik, 35% merasa cukup baik, dan 5% merasa ruangan perpustakaan biasa
saja. Pertanyaan kelima, sebanyak 25% siswa berpendapat bahwa koleksi buku
di perpustakaan kurang menarik dan lengkap, 55% AP XI IPA U2 3 2 4 4 3 3 3
3 4 4 33 Penting AA XI IPA U2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 24 Penting
- 56 berpendapat koleksi buku menarik namun
masih kurang lengkap, 10% siswa berpendapat koleksi buku di perpustakaan
biasa saja, seperti pada perpustakaan pada umumnya, dan 10% siswa
berpendapat bahwa koleksi buku perpustakaan cukup menarik namun tidak
berpengaruh untuk minat membacanya yang rendah. Pertanyaan keenam, 20%
siswa berpendapat bahwa pustakawan di sekolah sudah sangat profesional,
40% berpendapat cukup profesional, 25% berpendapat biasa saja, dan 15%
berpendapat pustakawan masih kurang profesional. Pertanyaan ketujuh,
sebanyak 20% siswa merasa dengan membaca buku di perpustakaan akan sangat
berpengaruh pada minat membaca dan membuat minat membaca meningkat, 45%
siswa merasa cukup berpengaruh, 30% siswa merasa biasa saja dan
kemungkinan berpengaruh dengan minat membaca sangat sedikit, dan 5% siswa
merasa dengan membaca buku di perpustakaan tidak akan berpengaruh pada
minat membaca. Pertanyaan kedelapan, 30% siswa berpendapat dengan membaca
buku di perpustakaan, prestasi belajar akan meningkat, 55% berpendapat
prestasi belajar cukup meningkat, 10% siswa berpendapat pengaruh membaca
buku di perpustakaan dengan prestasi belajar biasa saja, 5%
- 57 siswa berpendapat bahwa membaca buku di
perpustakaan tidak berpengaruh sama sekali dengan peningkatan prestasi
belajar. Pertanyaan kesembilan, sebanyak 80% siswa menganggap keberadaan
perpustakaan sangat penting dan fasilitas yang wajib dimiliki suatu
sekolah, 15% menganggap keberadaan perpustakaan cukup penting untuk
beberapa pelajaran yang memberi tugas dengan referensi suatu buku, dan 5%
siswa menganggap bahwa keberadaan perpustakaan biasa saja, hanya sebagai
formalitas. Pertanyaan kesepuluh, 65% siswa berpendapat agar banyak siswa
mengunjungi perpustakaan, maka koleksi buku perpustakaan ditambah dan
setiap bulannya ada banyak buku yang baru, dan buku baru tersebut adalah
buku yang juga baru terbit, 25% siswa berpendapat agar ruangan
perpustakaan dibuat lebih menarik dan nyaman lagi, 5% siswa berpendapat
diadakan kunjungan wajib setiap kelas untuk mengunjungi perpustakaan, dan
5% siswa berpendapat agar kunjungan siswa ke perpustakaan tidak dipaksa,
melainkan keinginan siswa itu sendiri. 3. Angket Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan
angket essay mengenai prestasi belajar siswa, dapat disimpulkan bahwa;
mayoritas para siswa yang berasal dari kelas X dan XI Unggulan memiliki
prestasi belajar yang baik. Rata-rata rapot setiap semesternya mengalami
kenaikan.
- 58 Kebanyakan dari siswa yang mengisi
angket berpendapat bahwa tingkat minat membaca seseorang dapat
mempengaruhi tingkat prestasinya. Karena secara otomatis, seseorang yang
memiliki minat membaca yang tinggi akan lebih sering mengisi waktu
luangnya untuk membaca dan pengetahuan serta kosa kata yang di dapat juga
lebih banyak. Selain itu, seseorang yang memiliki minat membaca yang
tinggi akan lebih mudah dalam memahami pelajaran dan memahami soal karena
terbiasa membaca. Banyak dari siswa juga berpendapat bahwa dengan membaca
buku di perpustakaan, akan berpengaruh pada minat membaca dan prestasi
siswa. Minat membaca akan meningkat dan prestasi belajar juga meningkat.
Kesimpulan lain yang dapat ditarik dari angket ini adalah, para siswa
berpendapat bahwa perpustakaan belum efektif dalam meningkatkan minat
membaca siswa. Dan menurut mereka, hal ini disebabkan karena koleksi buku
di perpustakaan sekolah tidak bervariasi. Buku-buku yang ada di
perpustakaan adalah buku-buku lama yang kebanyakan telah dimiliki siswa.
Hal inilah yang menyebabkan para siswa malas ke perpustakaan.
- 59 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang Penulis lakukan terhadap kebiasaan
membaca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas X dan XI Unggulan
SMA Plus PGRI Cibinong, Penulis akan memberikan kesimpulan sebagai berikut
: 1. Kebiasaan membaca siswa kelas X dan XI Unggulan SMA Plus PGRI
Cibinong memiliki rata-rata yang cukup tinggi. Sebanyak 20% siswa memiliki
minat membaca yang sangat tinggi, 70% siswa memiliki minat membaca yang
tinggi, dan 10% siswa memiliki minat membaca yang cukup/sedang. 2.
Keberadaan Perpustakaan menurut kelas X dan XI Unggulan SMA Plus PGRI
Cibinong memiliki rata-rata yang cukup tinggi. Sebesar 80% siswa
menganggap keberadaan perpustakaan sangat penting dan 20% siswa menganggap
keberadaan perpustakaan penting. 3. Ada pengaruh positif dari kebiasaan
membaca buku di Perpustakaan dengan minat membaca siswa dan prestasi
belajar. 5.2 SARAN Berdasarkan hasil penelitian, baik berdasarkan
perolehan data maupun yang penulis peroleh, maka dapat dikemukakan
beberapa saran yang mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca maupun bagi
penulis sendiri. Sebagai akhir dari penulisan, Penulis menyampaikan saran
sebagai berikut :
- 60 1. Hendaknya siswa memiliki kebiasaan membaca
yang tinggi. Agar kemampuan membaca pemahaman dapat dicapai. 2. Hendaknya
guru dapat meningkatkan kebiasaan membaca siswa dengan menambah jam wajib
kunjung ke perpustakaan. 3. Hendaknya pihak sekolah mendukung usaha
tersebut dengan memperhatikan fasilitas yang dapat menunjang, seperti
menambah jumlah koleksi buku di perpustakaan. Hal ini penting dilakukan
agar dapat memicu semangat dan motivasi siswa untuk membaca. 4. Hendaknya
orang tua dapat memberikan contoh kepada anak dalam hal kebiasaan membaca
agar dapat membentuk budaya baca. Demikian kesimpulan dan saran yang dapat
disampaikan, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.